Category: Renungan

Millennial Kill Everything

#31HariMenulis Hari ke-17

Pada hari buku nasional, yang kebetulan hari ini, saya mau bercerita tentang buku yang saya tulis – atau tepatnya terlibat sebagai salah satu tim penulis – yaitu buku “Millennial Kill Everything”.

Pada awal peluncuran setahun lalu, buku yang diterbitkan Gramedia ini membuat kehebohan di media sosial, khususnya linimasa Twitter. Foto daftar 50 produk/industri/perilaku yang “dibunuh” milenial segera menjadi viral dimana-mana.

Continue reading

New Normal Tourism

#31HariMenulis Hari ke-14

Industri pariwisata nampaknya yang paling terpukul di tengah krisis corona ini. Sektor ini yang paling awal terdampak dan diprediksi yang paling akhir pemulihannya.

Gambar dari Freepik

Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi masalah pariwisata, UNWTO (United Nations World Tourism Organization) merilis efek Corona ke dunia wisata. Sampai 6 April 2020, sebanyak 96% dari destinasi wisata di seluruh dunia sudah menerapkan larangan travel untuk merespons COVID-19. Sekitar 90 tempat wisata sudah menutup pintunya untuk turis, sementara 44 tempat wisata ditutup untuk turis dari beberapa negara tertentu.

Continue reading

Corona Kills Everything (Part-2)

#31HariMenulis Hari ke-12

Seperti biasa, melanjutkan postingan sebelumnya tentang Corona Kills Everything, di postingan ini saya akan mengeksplorasi lagi 5 produk/bisnis/perilaku yang menjadi korban “pembunuhan” Corona.

Oiya, topik ini nanti akan saya kompilasi ke dalam buku, sebagai lanjutan serial buku “Millennial Kills Everything” yang sebelumnya viral dan best seller. Bisa pre-order ya…

Coming Soon!

Oke, langsung saja kita lanjutkan!

Continue reading

Inovasi Marketing di Masa Corona (Part-2)

#31HariMenulis Hari ke-10

Melanjutkan tulisan kemarin tentang ide-ide inovasi marketing yang bisa dilakukan oleh perusahaan atau brand selama (dan sesudah) masa pandemi ini. Saya tambahkan 5 lagi contoh inovasi marketing agar genap menjadi 10

6. Date From Home

Aktivitas rumah yang kian monoton dan membosankan, mendorong dating apps startup Hinge membuat fitur baru yang memungkinkan penggunanya melakukan “date from home” secara virtual.

Hinge meluncurkan fitur “date from home” dimana pengguna menemukan jodohnya, maka si partner menyetujui fitur video call yang ditawarkan dan
merekomendasikan topik-topik yang pas saat melakukan video call. Mulai dari yoga bareng, main video game bareng, hingga belajar masak berdua secara virtual.

Continue reading

Inovasi Marketing di Masa Corona (Part-1)

#31HariMenulis Hari ke-9

Hadirnya Corona telah meluluh-lantakkan denyut nadi perekonomian dan bisnis. Banyak perusahaan mulai kedodoran bahkan terancam gulung tikar karena penjualan ambles dan ngga ada cash. Para pebisnis harus memutar otak untuk bertahan menyelamatkan revenue.

Dari pengamatan terhadap beberapa brand, berikut coba saya eksplorasi beberapa ide atau inovasi marketing untuk survive di masa corona ini.

Gambar dari Freepik
Continue reading

New Normal di Masa Corona (Part-1)

#31HariMenulis Hari ke-7

Wabah Corona atau Covid-19 telah membuat pergeseran perilaku konsumen yang tiba-tiba mendisrupsi berbagai industri. Banyak perusahaan yang revenue-nya mendadak ambyar akibat wabah ini, dan khususnya karena perubahan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi sebuah produk.

Gambar dari sini

Berikut beberapa tren perilaku konsumen yang menjadi kenormalan baru di masa Corona.

Continue reading

MILENIAL MUSLIM, HIJAB HALAL DAN RALINE SHAH

Hingar bingar perihal hijab halal yang didengungkan Zoya beberapa waktu lalu menuai bermacam respon dari netizen, banyak yg mencibir, namun tak sedikit yg mendukung. Ada yg menuduh hanya akal-akalan marketing belaka, ada lagi yg menyatakan sudah keblinger label. Salahkah campaign yg dilakukan Zoya? In My Ganteng Opinion, sah-sah saja, karena memang ada marketnya. Lha wong jualan cat tembok aja sekarang ada yg berlabel halal kok.

Dalam riset yg kami lakukan 5 tahun terakhir tentang milenial muslim, mulai ada kecenderungan bahwa konsumsi adalah sebagai bagian dari ibadah, yg karenanya halal menjadi tuntutan. Kami menemukan ada 4 sosok kelas menengah muslim antara lain Apatist, Rationalist, Conformist dan Universalist. Segmen Conformist inilah yg paling menekankan bahwa produk yg mereka konsumsi harus comply to islamic values. Walaupun secara jumlah paling minoritas namun tak bisa dipandang sebelah mata. (ebooknya bisa didonlot di sini >> http://bit.ly/1oeiWM2)

Saya tak ingin membahas apakah perlu dan pentingkah jilbab harus dilabeli halal, apa yg dilakukan Zoya menurut saya cukup cerdik memanfaatkan fenomena ini. Mereka menjadi viral di social media, awareness meningkat drastis, sentimen? mungkin fifty-fifty lah antara yg mendukung dan mencibir. Kunci penting dalam marketing adalah membuat brand story dan dibicarakan.

Lalu apa hubungannya dg Raline Shah? ya, siapa yg tak ingin menghalalkannya..

 

 

2017 year in review: The Quantum Leap

Tak terasa beberapa jam lagi tahun sudah berganti. 2017 terlewat dengan begitu banyak kejutan yang mencengangkan. Bisa jadi, tahun ini adalah tahun terpenting selama melewati 3 dekade usia. Berbagai pencapaian dan pengalaman baru yang amazing saya dapatkan di tahun ini. Saya menyebut tahun ini sebagai sebuah lompatan besar atau quantum leap sekaligus transisi menuju episode menegangkan selanjutnya.

Beberapa peristiwa penting yang saya alami selama 2017 terangkum sebagai berikut:

1. Dekade ketiga

November kemarin, saya resmi berusia 30 dimana belum pantas disebut om-om tapi juga bukan mas-mas lagi. Sepanjang melewati usia 29, Saya teringat percakapan Yusuf dan Ambar di 3 Hari Untuk Selamanya;

“Pas lo umur 29, posisi Bumi sama Planet Saturnus itu balik lagi di posisi yang sama waktu lo lahir. Nah Planet Saturnus itu, planet yang mempengaruhi alam bawah sadar lo. Itu semua, naluri alamiah lo, keluar semua. Meledak!”

“Itu tu kayak, kaki lo di angkat, kepala lo di bawah, trus dikocok-kocok sampai isi perut lo keluar semua. Trus lo liatin tu isi perut lo, trus lo balikin lagi”

Transisi usia 29 ke 30 kemarin adalah momentum untuk menata hidup lebih baik lagi.

2. Menerbitkan buku pertama

Ini tentu sebuah pencapaian paling membanggakan yang saya dapatkan. Verba volant, scripta manent! Tulisan lah yang abadi. Maka menjadi bagian dari penulis buku #GenM atau #GenerationMuslim, sudah tentu adalah pencapaian yang tak terlupakan.

3. Berkelana ke tempat-tempat baru

Pencapaian selanjutnya si 2017 ini adalah piknik sekaligus kerja menjelajah tempat-tempat baru terutama wilayah timur Indonesia. Alhamdulillah, tahun ini saya akhirnya menginjakkan kaki di NTB, NTT, hingga Maluku (Kei Island). Bahkan tahun ini saya pertama kali ke Bali lagi setelah 15 tahun terakhir kesana saat SMP, wkwkwkwk.

Paruh kedua tahun ini, hampir setiap bulan (bahkan mungkin tiap minggu) saya tugas keluar kota mempromosikan Wonderful Indonesia. Pengalaman paling mengesankan tentu saja ke Pulau Kei bareng beberapa seleb yang tak akan terlupakan.

4. Ketemu orang-orang baru

Menjalani profesi sebagai konsultan, networking adalah hal yang wajib dan sangat penting. Ngga pernah nyangka kalo tahun ini bisa kenal dengan Dian Sastro, Prilly Latuconsina dan Aurel!!! Selain itu sebuah kesempatan yang luar biasa bisa ketemu dan berada dalam satu tim dengan orang-orang hebat di Wonderful Indonesia Co-branding Forum (WICF) Kementerian Pariwisata.

*****

Demikian pengalaman paling mengesankan yang saya alami di tahun 2017. Selamat datang 2018!

 

 

 

Copyright © 2025 Farid on Journey

Theme by Anders NorenUp ↑