Dua Tujuh dan Hal-Hal yang (Belum) Selesai

Suara jangkrik masih bersahutan dini hari itu, saat kami terdampar di sebuah perbukitan cantik dekat perbatasan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Karesidenan Kedu. Orang-orang menyebutnya Sendangsono. Tempat suci yang menjadi tujuan ziarah orang katolik, di mana  Romo Van Lith melakukan pembaptisan untuk pertama kalinya di pulau jawa.

Dalam keheningan subuh yang kudus itu, kami menanti datangnya pagi. Sebuah pagi yang mengajarkan, bahwa setinggi apapun matahari, ia senantiasa rendah hati, menyapa yang jauh dan tak terjangkau. Ya, sebuah pagi yang menakjubkan, meminjam istilah Sheila on 7.

Saya begitu terkagum dengan lanskap karya Romo Mangun ini, seperti halnya saya terpesona oleh novelnya “Burung-Burung Manyar”. Sebuah tempat yang penuh kedamaian nan hening untuk sejenak berkontemplasi.  Pagi itu, saya tepat berusia 22. *kemudian mengalun lagu ..namaku si ratu oke, umurku 22..*

gambar diambil dari http://sabdatamatours.files.wordpress.com/2012/06/041.jpg

Sendangsono *gambar diambil dari sini*

###

Saya baru saja menonton lagi salah satu film favorit, 3 Hari Untuk Selamanya. Ketika orang-orang ramai membincangkan reuni #AADC2014, saya justru berreuni dengan tokoh Rangga dan Karmen yang berubah menjadi Yusuf dan Ambar di film ini.

Saya terhenyak dengan sepotong adegan yang berlokasi sama dengan setting waktu yang sama, seperti memori lima tahun silam di Sendangsono.

“Pas lo umur 27, lo akan mengambil keputusan penting yang akan mengubah hidup lo. Itu dimana pintu-pintu lo akan dibuka atau ditutup sama Alloh. Kalau Kurt Cobain sih ditutup..”

Sepenggal percakapan Yusuf dan Ambar tersebut tiba-tiba menyadarkan, bahwa kini saya sudah bertambah usia. Konon angka 27 adalah usia yang istimewa. Mungkin seperti yang digambarkan dalam adegan tadi, di usia ini kita akan mengambil keputusan-keputusan penting yang akan mengubah hidup kita ke depan.

Entahlah, setahun lalu ketika menapak usia 26, saya mengambil keputusan terberat (yang pernah saya lakukan) untuk meninggalkan Togua eh Jogjakarta menuju ganasnya rimba ibukota. Hampir sepertiga usia saya habiskan di kota yang senang membungkus kenangan-kenangan itu. Bagi saya Jogja bukan hanya sebuah kota belaka, tapi juga sebuah cerita tentang cinta, cita-cita, luka dan tawa *halah*.

“Karena setiap kenyamanan akan sampai pada terminal akhir, kita mengatur langkah untuk turun sambil mengenang halte-halte perjalanan…”

###

Orang-orang hebat macam Kurt Cobain, Chairil Anwar, Jim Morrison, Janis Joplin membuat pencapaian paripurna di usia muda. Naasnya, mereka tutup usia di usia 27. Angka yang keramat. Menyitir Soe Hok Gie, “Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.

Ah sampai dengan hari ini saya masih belum punya pencapaian apa-apa. Kawan-kawan sepermainan sudah melangkah jauh, saya masih begini-begini saja. Barangkali benar apa yang dibilang Chairil Anwar, nasib adalah kesunyian masing-masing.

Saya bertanya-tanya, apakah saya orang baik, orang yang sangat baik, atau orang yang hebat? Atau tidak sama sekali …?  Namun akhirnya saya berkesimpulan, hal terpenting bukanlah menjadi salah satu dari hal-hal tersebut, tapi bagaimana kita menemukan makna dalam hidup dan menghidupi makna tersebut. *muntah pelangi*

Lalu saya teringat tulisan seorang kawan:

“kita yang bisa bertahan hidup melewati umur 27, hanya sekedar menunda kekalahan”.

Ah saya pun mengangguk setuju. Akhirnya saya hanya mampu mengucap, “bersyukur! bersyukur! ya bersyukur!”

 

Dan hujan pun turun…

19 November 2014, di sebuah kamar yang usang di timur Jakarta.

 

 

 

Categories: Perjalanan, Renungan

4 Comments

  1. Hi, salam kenal. Dapat link referensi dari Mas Ditter.
    Sebuah renungan yang wow.
    Dan ternyata penyuka film 3 Hari Untuk Selamanya ya.
    Moga yang diimpikan tercapai dan menjadi pribadi yang sukses

  2. Sama seperti Mas Ryan di atas, saya juga dapat link ini dari Ditter. Tulisanmu bagus. Semoga tahun 2015 rajin ngeblog ya. 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2025 Farid on Journey

Theme by Anders NorenUp ↑