#31HariMenulis Hari ke-12

Seperti biasa, melanjutkan postingan sebelumnya tentang Corona Kills Everything, di postingan ini saya akan mengeksplorasi lagi 5 produk/bisnis/perilaku yang menjadi korban “pembunuhan” Corona.

Oiya, topik ini nanti akan saya kompilasi ke dalam buku, sebagai lanjutan serial buku “Millennial Kills Everything” yang sebelumnya viral dan best seller. Bisa pre-order ya…

Coming Soon!

Oke, langsung saja kita lanjutkan!

6. Handsake – Cipika Cipiki

Salam Namaste dari India dan salam cara Muslim kian populer seiring merebaknya virus COVID-19 yang mulai menggantikan tradisi jabat tangan.
Dalam kurun waktu 4 bulan, virus COVID-19 yang pertama kali muncul di Wuhan, China telah menginfeksi orang di lebih dari 200 negara.

Studi dari Harvard juga menjelaskan pandemi ini bisa berlangsung selama dua tahun ke depan apabila vaksin tidak segera ditemukan. Artinya, dalam dua tahun ke depan orang akan hidup dalam kekhawatiran dan kecurigaan. Persepsi bahwa setiap orang berpotensi menularkan virus mendorong interaksi sosial dibatasi. Karenanya, orang akan masih takut untuk bersentuhan langsung melalui salaman, pelukan atau cipika-cipiki.

7. Mudik

Pandemi juga tidak memungkinkan kita mudik tahun ini. Bahkan secara resmi pemerintah telah mengeluarkan larangan mudik yang efektif berlaku
sejak 24 April 2020. Langkah ini dilakukan demi memutus rantai penularan COVID-19. Beralasan, karena kerumunan di kantong-kantong mudik di kampung dikhawatirkan akan menjadi medium penularan Covid-19 karena para perantau umumnya merupakan orang yang tinggal di episentrum COVID-19.

Mengacu data mudik Kemenhub, pada musim mudik tahun 2019 lalu terdapat pergerakan 7,2 juta pemudik selama H-7 sampai H+1 lebaran. Bisa dibayangkan jika jutaan orang yang berada di zona merah itu tumplek-blek di kampung. Kasus terinfeksi bakal makin menggila.

8. Polusi Udara

COVID-19 menjadikan langit kota-kota tersibuk di dunia semakin biru. Pandemi menjadikan pabrik-pabrik tak beroperasi dan kendaraan tak lagi hilir-mudik di jalan, maka polusi udara pun terpangkas drastis. Kota tersibuk New York misalnya, dengan adanya pandemi lalulintas kendaran berkurang 35%, polusi karbon monoksida turun tajam 50%, dan polusi CO2 turun 10%, begitu juga polusi metana.

Di Cina, hanya dalam rentang waktu 2 minggu setelah lockdown pengguna energi dan emisi turun 25%, sehingga memangkas 1% total emisi karbon kumulatif di Cina. Tak ketinggalan, pandemi juga menjadikan langit Jakarta semakin biru.

9. Bioskop

Bisnis bioskop di-KO tiga kali oleh COVID-19. Pertama produksi film terhenti. Kedua festival/award yang menjadi ajang promosi ditangguhkan. Dan tentu dengan social distancing bioskop-bioskop terpaksa harus
tutup. Tak hanya itu, kondisinya tambah runyam karena rilis film-film baru seperti Mulan, A Quiet Place II, hingga Mission Impossible VII juga mengalami penundaan. Itu jangka pendeknya.

Dalam jangka panjang, COVID-19 mempercepat migrasi konsumen dari menonton film di gedung bioskop ke platform streaming services seperti Netflix.

10. Resepsi Pernikahan

Bagi pasangan yang akan menikah, situasi seperti ini mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Rencana indah untuk mewujudkan mimpi yang sudah disusun lama menjadi kacau seketika. Survei yang dilakukan oleh Bridebook yang melibatkan partisipasi dari lebih 6000 responden di 85 negara mengatakan bahwa wabah COVID-19 sangat berdampak pada rencana pernikahan mereka. Meskipun begitu, banyak juga pasangan yang tetap melangsungkan pernikahan namun hanya untuk ijab kabul/pemberkatan dengan undangan terbatas.

Di beberapa negara saat ini mulai memasuki kurva datar dan prediksi yang menyatakan bahwa wabah bisa dikendalikan setelah bulan Juli. Mayoritas responden yang memindahkan pesta pernikahan mereka setelah bulan Juli cenderung akan melakukan adjustment seperti mengurangi jumlah undangan.

Jika selama ini pernikahan identik dengan pesta besar terutama pada pernikahan adat. Setelah wabah berakhir akan melahirkan konsep baru yang akan menjadi tren yaitu small wedding dengan sedikit undangan namun lebih intim.