Celebrity and Entertainment Outlook 2015: Sebuah Perenungan

“Waktu terus berlalu…seiring langkahku…yang coba tuk lewati hari demi hari” – Funky Kopral

Tak sengaja lagu ini terdengar lagi. Sebuah nomor ciamik dari band fenomenal di akhir 90-an, yang konon model video klip lagu ini menjadi bintang bokep di Bandung. Oke, too much information.

Ya, waktu berlalu begitu kencang walau tak sekencang dekapan mantan pas motoran di kala hujan, tak terasa tahun berganti tahun. Rasanya baru kemarin menulis postingan selo yang sama di malam tahun baru, kini sudah hampir tahun baru lagi.

Karena membuat resolusi di tahun baru sudah terlalu mainstream…

Seperti tahun-tahun sebelumnya sayangnya postingan ilang, kalau bos saya bikin Marketing Outlook 2015, maka sebagai peneliti Pusat Kajian Selebritis Madani Sejahtera (Puskesmas) saya tergerak untuk membuat semacam catatan dan outlook  tentang industri entertainment tanah air *halahpret*.

Dunia selebritis dan hiburan di negeri ini semakin berkembang nan gemerlap serta penuh dinamika. Seperti hukum rimba, siapa yang “kuat” dia yang akan bertahan. Semakin banyak seleb-seleb muka baru, pun seleb lama muncul dengan branding baru. Di 2014, Saya menangkap beberapa fenomena yang saya yakin akan menjadi tren ke depan (setidaknya di 2015).

#1. Selebritis Cum Aktivis

Saya melihat, beberapa tahun terakhir banyak sekali artis-artis kita makin banyak yang terlibat dalam gerakan-gerakan sosial bahkan politik. Mereka tak lagi hanya membuat karya atau menghibur semata, tetapi juga ingin ikut berperan membuat perubahan. Sebuah fenomena yang positif dan saya kira akan makin berkembang ke depannya.

Glenn Fredly misalnya, kita mengenal Glen sebagai pacarnya Aura Kasih musisi kawakan, kini banyak bersuara tentang isu-isu keberagaman dan minoritas. Bahkan Glenn sempat terlibat dalam produksi film Cahaya Dari Timur yang diganjar Piala Citra, film berlatar indonesia timur yang ingin menyampaikan pesan tentang perdamaian walau ada perbedaan.

Lalu Jerinx SID, dengan aktivismenya tentang isu lingkungan dan juga politik. Dedengkot band punk dari Bali ini sekarang banyak bersuara tentang isu-isu seputar lingkungan terutama rencana reklamasi Benoa, yang mungkin membuatnya lelah dan lupa bikin album lagi.

Dan paling anyar ketika artis-artis menyatakan dukungan politiknya di pemilu kemaren. Ahmad Dhani and the Gank yang mendukung Prabowo-Hatta  dengan video cover Queen yang kontroversial itu versus Slank dkk yang memihak Jokowi-JK dengan konser salam 2 jari yang fenomenal itu.

#2. Makin Religius

Fenomena berikutnya yang saya lihat cukup menarik adalah makin religiusnya kehidupan selebritis kita. Entah berapa kali infotainment meliput artis-artis yang lagi umroh, pokoknya dikit-dikit umroh. Nikah pun kalo perlu di hadapan Ka’bah. Belum lagi fenomena artis berhijab.

Dewi Sandra makin moncer karirnya setelah memutuskan menutup aurat. Pun halnya Shireen dan Zaskia Sungkar, atau Inneke Koesherawati yang sebelumnya dikenal sebagai bom seks. Seperti halnya Shireen, Teuku Wisnu sekarang tampil ala salafi dengan jenggot panjangnya.  Dan baru-baru ini, Andhara Early yang pernah berpose untuk cover Playboy Indonesia, telah berhijab dan menjadi model sampul majalah Laiqa :).

Ya, seiring pertumbuhan kelas menengah muslim di Indonesia, yang makin religius, modern dan konsumtif, mereka kini menjadikan konsumsinya sebagai bagian dari ibadah. Itulah mengapa produk atau brand-brand yang menawarkan islamic values kian digemari. Sengaja atau tidak, artis-artis ini mungkin ingin mengambil ceruk pasar yang potensial tersebut dengan memposisikan diri sebagai artis yang islami dan religius.

Film-film bernafaskan islam hampir selalu dipadati penonton. Data dari filmindonesia.or.id menunjukkan film-film seperti ini rata-rata ditonton ratusan ribu hingga jutaan pasang mata. Mulai dari Aya-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, hingga 99 Cahaya di Langit Eropa. Ke depan pasar ini akan semakin berkembang, dan bakal lebih banyak lagi artis-artis yang mendadak “tobat” :).

#3. Demam India

Seperti yang dibahas seorang kawan dalam blognya, televisi kita sedang dikuasai tayangan-tayangan dari negeri nehi-nehi. Mahabarata, Mahadewa hingga Panah Cinta Arjuna memuncaki daftar rating tv. Perjudian yang sangat menguntungkan bagi Antv yang hampir bangkrut untuk kemudian strike back dengan membawa tren sinema India.

Stasiun tv lain pun tak mau ketinggalan menayangkan serupa. Bahkan para pemeran Mahabarata diboyong kesini dan dibikinkan reality show, kabarnya segera menyusul dibikinin film layar lebar. Tren ini sebenarnya tak benar-benar baru, hanya siklus yang berulang saja. Sekitar tahun 90-an layar kaca kita tiap hari penuh dengan film-film India. Saya kira siklus untuk yang lain mungkin sama; Drama Korea, Taiwan, Hongkong, Jepang hingga telenovela akan berulang ke depan. Sementara sinetron-sinetron kita masih stagnan di Tukang Bubur Naik Haji dan Ganteng-Ganteng Solehah eh Srigala.

#4. Virus Entrepeneur

Saat ini makin banyak seleb kita yang berwirausaha. Mulai dari bisnis resto kafe, IT hingga wiraswasta tubuh kalo kata Jamrud *eh*. Ada Cristian Sugiono yang menjadi CEO portal malesbanget.com dan punya beberpa resto. Inul dengan bisnis karaokenya yang menggurita dimana-mana dan diikuti artis-artis lainnya. Atau yang segar dalam ingatan kita ketika Norman Kamaru yang tak lagi menjadi polisi (dan selebriti) tiba-tiba muncul lagi dengan bisnis buburnya.

Barangkali mereka sadar bahwa menjadi artis ada masa kadaluarsanya, tergantikan muka-muka baru yang lebih menarik atau lebih absurd. Mereka tidak bisa menggantungkan hidupnya di dunia hiburan. Dapur harus tetap mengepul, sementara muka tetap butuh didempul.  Harus ada cara untuk meraih financial freedom, salah satunya ya berbisnis. Tahun depan mestinya bakal makin banyak lagi seleb-seleb kita yang berwirausaha, apalagi menghadapi MEA yang sudah mulai dibuka. Ingat, menurut Rasulullah, 9 dari 10 pintu rejeki adalah lewat berbisnis.

#5. Goodbye Boy/Girl/Gay Band

Tahun ini adalah tahun yang kelam bagi boy/girl/gayband. Sm*sh dipastikan vakum, pun Cherrybelle, setelah personil-personil kuncinya memutuskan keluar, apalagi grup abal-abal lainnya. Praktis hanya Coboy Junior yang bermetamorfosis menjadi CJR setelah ditinggal si tengil Bastian yang masih bertahan dan dielu-elukan penggemar-penggemar kimcilnya.

Secara global tren boy/girl/gayband ini memang mulai lesu. Demam K-pop sudah hampir berakhir. Siaran-siaran musik alay di tv yang menjadi corong boy/girl/gayband juga mulai ditinggalkan penontonnya. Ke depan, band-band beneran sudah ancang-ancang merilis album baru. Belum lagi band-band indie yang punya ceruk pasar sendiri. Prediksi saya, 2015 adalah tahun terakhir tren grup-nyanyi-lipsync-modal-tampang-nan-ngondek ini.

#6. Rating, rating & rating!!

Ya, industri hiburan kita terutama di televisi adalah penghamba rating. Semua diukur berdasarkan rating yang ujung-ujungnya adalah duit juga. Tak peduli seancur apa programnya, njiplak dari luar atau ngambil dari youtube, yang penting dapat rating dan share tinggi.

Lebih gilanya lagi, demi rating frekuensi milik publik diperkosa (bahkan digangbang) dengan tayangan-tayangan tak bermutu, ga penting atau narsisme pemiliknya. Entah apa yang menjadikan pernikahan Raffi-Gigi lebih penting dari penembakan di Papua misalnya sehingga harus ditayangkan seharian full. Atau Persalinan istri anggota DPR yang juga merangkap seorang seleb apakah lebih meningkatkan kecerdasan publik? entahlah.

Ini fenomena yang menjengkelkan dan menyedihkan. Seolah publik tak berhak dapat siaran program yang bermutu. Syukurlah ada NET.tv dan Kompas TV yang melawan arus, semoga bisa menjadi trendsetter ke depan.

#7. Jualan Romantisme

Siapa yang tidak tahu Rangga dan Cinta? Tokoh utama dalam AADC. Line cukup cerdik menghadirkan mereka lagi setelah 12 tahun menjadi legenda di generasinya. Publik begitu excited dengan film pendek yang sebenarnya adalah iklan itu.

Ya, the power of kenangan!!  Kita tak pernah benar-benar bisa move on dari romantisme di masa silam. Mungkin itu sebabnya, Ahmad Dhani memutuskan untuk membubarkan Dewa 19 dan menjadikannya sebagai band nostalgia. Mereka muncul untuk memenuhi kerinduan fans-fans fanatiknya dengan tajuk konser reuni. Jadi semacam tren bagi band-band jadul untuk kembali bereuni, seperti Kahitna, KLa Project atau  bahkan Koes Plus.

Karena masa lalu selalu relevan!!

 

Demikian sedikit pengamatan dan kajian dari Puskesmas tentang selebritis dan dunia hiburan tanah air.. Sampai jumpa di outlook tahun depan!

Categories: Entertainment, Renungan

1 Comment

  1. Luwar biasa, ini baru analisis yang tajam, mendalam, dan mengeyangkan.
    Karena pada akhirnya hidup di dunia ini hanyalah sementara, dan tak hanya perut yang harus dipuaskan, melainkan juga eksistensi.
    Dah ah, takutnya kebablasan lagi aku nulis komentar yang lebih panjang daripada yang harus dikomentari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2025 Farid on Journey

Theme by Anders NorenUp ↑